Senin, 13 Juni 2016

10 kesalahan wanita dalam mengelola keuangan keluarga. ketahui & hindarilah kesalahan ini.



Halo sahabat Dunia online bagaimana kabarnya.? Semoga baik baik saja yaa. Amin.
Dalam kehidupan rumah tangga, semua orang pasti ingin memilik keadaan keuangan yang sehat. Karna dengan keuangan yang sehat. Anda akan senang untuk melakukan segalanya. Karna segalanya butuh uang... tapi ingat uang bukan segalanya. Haha

Ok sekarang apa saja sih penyebab keuangan yang tidak sehat. ? Dunia online akan mencoba merangkumnya untuk anda.


Dalam mengelola keuangan dalam rumah tangga, peran wanita sama pentingnya dengan pria. Baik wanita sebagai ibu rumah tangga yang mengelola gaji suami, maupun wanita yang juga memiliki penghasilan sendiri. Namun demikian beberapa kesalahan sering terjadi dalam mengelola keuangan yang dapat mengganggu keuangan keluarga.

1. Tidak membuat anggaran bulanan dan tahunan.

Membuat anggaran adalah hal utama dalam langkah awal mengelola keuangan keluarga.
Dengan memiliki anggaran belanja, maka keuangan keluarga akan teratur pengeluarn dan alokasinya untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan bulanan dan tahunan. Seringkali kita tidak mengetahui kemana uang pergi karena tidak memiliki panduan dan catatan pada saat membelanjakannya. Dengan membuat anggaran dan mencatat pengeluaran, maka kita akan mengetahui apakah kondisi keuangan mengalami surplus atau minus setiap bulannya, sehingga dapat dilakukan penyesuaian sebelum terjerumus melakukan gali lobang tutup lobang.

2. Membelanjakan uang tanpa melihat prioritas.

Setelah menerima gaji langsung mengeluarkan uang untuk keperluan keperluan yang sifatnya tidak prioritas dan diluar perencanaan/anggaran. Contohnya : digunakan untuk membeli barang karena ada promosi diskon yang sebenarnya saat itu belum perlu : mengganti HP, membeli keperluan make-up, membeli paket perawatan kecantikan.

Sedangkan seharusnya dilakukan dulu pembyaran untuk keperluan prioritas seperti kebutuhan primer seperti belanja makan, membayar kewajiban (uang sekolah gaji karyawan rumah, membayar cicilan, membayar hutang, membayar premi asuransi dan menyisihkan dana darurat dan investasi).

3. Menyerahkan masalah investasi sepenuhnya kepada suami.

Karena mungkin sering dianggap bahwa laki laki / suami lebih mengerti tentang investasi, maka semua urusan investasi diserahkan kepada suami. Sedangkan didalam mengelola keuangan keluarga dan dalam berinvestasi untuk masa depan keluarga dibutuhkan kerjasama antara suami dan istri. Untuk itu istri diharapkan juga memahami cara dan produk produk investasi. Sekarang ini sudah banyak informasi umum tentang investasi yang bisa diakses dengan mudah melalui media cetak dan media elektronik.

4. Hanya mengelola uang untuk jangka pendek.

Mengelola keuangan, bukan hanya untuk saat ini atau bulan ini atau tahun ini saja. Perencanaan jangka panjang sangat penting untuk dimulai se dini mungkin. Karena itu apapun yang dilakukan dalam pembelanjaan dan investasi, harus dipikirkan dan direncanakan untuk jangka panjang. Sehingga dalam melakukan alokasi investasi dapat dibagi dalam kategori dari jangka pendek, jangka menengah hingga jangka panjang yang akan lebih mudah memilih produk investasi yang disesuaikan dengan jangka waktunya untuk mencapai hasil yang maksimal dan tidak perlu mencairkannya sebelum jatuh tempo keperluan dimana mungkin saat itu investasi sedangan mengalami penurunan dan bukan saat yang tepat untuk mencairkan investasi.

5. Membeli asuransi hanya karena mengenal agen penjualnya (teman, saudara).

Memiliki asuransi seharusnya dihitung berapa kebutuhan untuk dapat membiayai pengeluaran anak anak hingga mereka cukup umur untuk dapat menjadi independen secara finansial. Dan hal ini tidak ditentukan dengan berapa polis yang kita miliki tapi berapa Uang Pertanggungan yang harus kita miliki. Seringkali kita membeli asuransi karena seorang teman atau anggota keluarga yang menjadi agen asuransi menawarkan produknya. Oleh karena itu sering terjadi seseorang memiliki beberapa asuransi, tapi belum tentu jumlah Uang Pertanggungannya mencukupi kebutuhan.

6. Menunjuk anaknya yang masih dibawah umur, sebagai ahli waris asuransi.

Kita berharap Uang Pertanggungan dari asuransi yang kita beli adalah untuk digunakan oleh anak-anak kita jika sesuatu terjadi pada diri kita, seperti meninggal, sakit kritis atau kecelakaan yang menyebabkan diri kita sebagai penyandang keuangan keluarga tidak dapat lagi memenuhi/membayar kebutuhan anak-anak kita. Oleh karena itu jika kita mencantumkan nama anak-anak kita yang belum cakap hukum (21thn) sebagai ahli waris harus disertai dengan penunjukan wali yang kita anggap pantas untuk mengelola uang untuk anak2 kita. Karena jika kita menunjuk wali, maka anak-anak dibawah umur tidak dapat menerima uang pertanggunan tanpa diwalikan oleh orang dewasa. Dalam hal ini mungkin akan jatuh ketangan ahli waris (yang karena alasan tertentu) belum tentu kita inginkan.

7. Membeli asuransi atas nama anaknya yang masih dibawah umur.

Prinsip utama dalam membeli asuransi adalah untuk seorang yang sudah mempunyai pendapatan dan memiliki tanggungan finansial. Oleh itu sangat tidak tepat membeli asuransi atas nama anak. Apalagi dengan mencantumkan orang tua sebagai ahli waris.

8. Menggunakan kartu kredit tapi tidak membayar penuh tagihan, hanya membayar sejumlah pembayaran minimum.
Kartu kredit adalah alat pembayaran, pada saat jatuh tempo pembayaran idealnya harus dibayar penuh, karena jika hanya membayar sejumlah pembayaran minimum maka akan dikenakan bunga yang sangat tinggi, yang lebih tinggi dari hasil investasi yang kita miliki. Hal ini membuat investasi kita tidak maksimal karena pada akhirnya setiap bulan harus membayar cicilan kartu kredit yang sangat tinggi bunganya.

9. Terlalu banyak pengeluaran untuk hal hal yang konsumtif karena terpengaruh oleh lingkungan.

Seringkali kita membeli barang-barang konsumtif seperti barang fashion (baju, tas, sepatu) hanya karena ingin mengikuti trend dan lingkungan yang jumlahnya dapat melebihi anggaran belanja kebutuhan primer atau bahkan menggunakan anggaran untuk kebutuhan primer.
10.Membeli produk investasi hanya karena terpengaruh oleh teman-teman.

Jika mendengar teman-teman sedang senang berinvestasi pada logam mulia (LM), maka kita ikut-ikutan juga membeli LM, karena menurut teman-teman kita harganya akan naik terus. Padahal seharusnya investasi harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan masing-masing orang yang bisa berbeda satu dengan yang lainnya. Dan karena investasi ini dilakukan dengan tidak direncanakan, bisa-bisa hasilnya tidak maksimal, jika tiba-tiba harus dicairkan disaat yang tidak tepat.

Dari 10 hal diatas, kesalahan mana yang anda lakukan? Mungkin saat nya untuk membenahi keuangan anda.

Semoga bermanfaat ^_^